Sungguh-sungguh Mengerjakan Panggilan

Edisi Jun - Jul'24

ARTIKEL

Helminton Sitanggang

7/23/20242 min read

Akhir-akhir ini Elon Musk (sebut saja Ki Elon) menjadi fenomenal di dunia berkat karya-karya inovatifnya. Dua di antaranya adalah Starlink dan Tesla. Terlepas dari segala kontroversinya, kita patut mengapresiasi kedua karya tersebut karena berkontribusi memajukan peradaban dunia. Starlink memberi solusi kepada masyarakat pedalaman untuk dapat menikmati internet. Tesla mendukung upaya penurunan emisi karbon sebagai salah satu solusi atas perubahan iklim.

Namun, tak sedikit orang tahu bahwa karya-karya tersebut adalah buah dari kesungguhan. Lahir di Afrika Selatan, Ki Elon adalah seorang yang giat belajar. Setiap hari ia menghabiskan waktu 10 jam untuk membaca. Ia mempelajari ilmu bisnis, ekonomi, dan fisika di beberapa perguruan tinggi ternama di AS. Ia seorang pekerja keras. Dalam seminggu bekerja tujuh hari dan 100 jam seminggu.

Kisah Ki Elon di atas menunjukkan kesungguhan melakukan suatu pekerjaan dapat menghasilkan karya baik dan berguna. Kita, orang Kristen yang telah lahir baru, patut belajar dari kisah tersebut untuk menyemangati kita mengerjakan panggilan, yaitu melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya (Ef. 2:10). Ketika kita sungguh-sungguh mengerjakannya, maka itu baik dan berguna bagi manusia (Tit. 3:8).

Kedua ayat tersebut tercatat dalam Alkitab dan sering dikhotbahkan di mimbar gereja maupun lembaga pelayanan, sehingga semestinya menggerakkan kita sungguh-sungguh mengerjakan panggilan dan berkarya. Namun demikian, berdasarkan pengamatan saya, pada umumnya kita masih enggan berkarya sehingga miskin karya.

Penyebabnya adalah beberapa pemahaman keliru tentang panggilan yang menjangkiti kekristenan. Pertama, panggilan dipahami terbatas pada pekerjaan rohani seperti pendeta, misionaris, staf pelayanan, dst. Pekerjaan di luar itu dianggap bukan panggilan. Kedua, pekerjaan rohani dianggap lebih mulia dari pekerjaan non rohani.

Ketiga, dunia semakin buruk sampai kedatangan Yesus kedua kali, sehingga sia-sia bersungguh-sungguh melakukan pekerjaan baik (Mat. 24:6-12). Alhasil orang Kristen pasrah saja pada keadaan, tidak perlu bersungguh-sungguh mengerjakan panggilan untuk memperbaiki keadaan.

Semua kekeliruan itu harus disingkirkan agar tidak menghambat kesungguhan kita dalam mengerjakan panggilan, dan kekristenan dapat menyumbangkan karya-karya baik dan berguna. Di Alkitab sendiri tidak tercatat bahwa pekerjaan baik itu terbatas pada pekerjaan yang bersifat rohani. Bahkan tercatat bahwa Yusuf (ayah Yesus) bekerja sebagai tukang kayu, Paulus pembuat tenda, dan Petrus nelayan.

Selain itu, kita pun harus memahami bahwa setiap kita yang telah memperoleh kemenangan melalui Yesus Kristus dipanggil untuk giat selalu dalam pekerjaan Tuhan. Dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payah kita tidak sia-sia (1 Kor. 15:58). Yang dimaksud pekerjaan Tuhan adalah semua pekerjaan, rohani maupun non rohani yang kita lakukan untuk kemuliaan Tuhan. Jerih payah atau kesungguhan kita tidak akan sia-sia.

Dalam bukunya yang berjudul Surprised by Hope, N.T. Wright menegaskan pesan Paulus, bahwa apapun yang kita kerjakan saat ini: melukis, berkhotbah, menyanyi, menjahit, berdoa, mengajar, menulis puisi, dst. akan bertahan hingga masa depan Tuhan. Semua pekerjaan itu bukan sekedar untuk menjaga kehidupan tidak memburuk, melainkan adalah bagian dari membangun Kerajaan Allah.

Sejalan dengan Paulus, Petrus pun mengingatkan anggota tubuh Kristus berusaha sungguh-sungguh agar teguh mengerjakan panggilan, sehingga “dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal” (2 Pet. 1:10-11). Janji untuk memasuki Kerajaan kekal sepatutnya semakin menyemangati kita untuk sungguh-sungguh mengerjakan panggilan. Apa pun itu—ASN, insinyur, juru foto, pencipta konten, dst.—kita kerjakan dengan tekun (tidak gampang menyerah), loyal (tidak “kutu loncat”), dan etos kerja tinggi: kerja keras, kerja cerdas, inisiatif, kreatif, inovatif.

Jika saat ini kita masih sebagai pelajar atau mahasiswa, maka belajarlah sungguh-sungguh. Giatlah belajar dan berkreasi. Contohlah Ki Elon yang pada usia 12 tahun berhasil menciptakan dan menjual perangkat lunak permainan.

Ya, selama masih di bumi lama ini kita patut berpengharapan bahwa setiap panggilan yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh di dalam Tuhan tidak akan sia-sia. Setiap karya baik dari kesungguhan itu akan menjadi cicipan Kerajaan Allah yang kelak akan digenapi di bumi baru dan akan membuka jalan kita masuk ke dalam Kerajaan-Nya.