Renungan INFO Oktober - November 2024

ARTIKEL

11/15/2024

Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!”

(Pengkhotbah 4:10).

Keputusasaan setelah kegagalan. Kegagalan membuat kita rentan terhadap serangan yang terkadang lebih buruk daripada kegagalan itu sendiri. Pada saat-saat seperti itu, teman-teman sangat membantu dalam menempatkan segala sesuatu dalam perspektif yang benar. Kegagalan dapat membuat kita terlalu putus asa. Karena Anda berkhotbah dengan buruk pada suatu kesempatan, Anda mungkin menyimpulkan bahwa berkhotbah adalah sesuatu yang tidak seharusnya Anda lakukan. Teman-teman Anda yang tidak hancur secara emosional oleh kejadian tersebut akan menyadarkan Anda, dan menunjukkan bahwa situasinya tidak seburuk yang Anda pikirkan.

Teman-teman dapat membantu Anda mendapatkan cukup keberanian untuk mencoba lagi ujian ketika Anda gagal pada percobaan pertama, atau untuk terus bernyanyi meskipun penampilan solo pertama Anda adalah ‘bencana’. Saya ingat membaca tentang penampilan perdana publik menyanyi solo George Beverly Shea yang sangat buruk. Namun, ia tidak menyerah untuk bernyanyi. Ia kemudian menjadi salah satu penyanyi lagu gerejawi paling dicintai di negara-negara berbahasa Inggris sebagai bahasa sehari-harinya.

Bentuk keputusasaan yang lebih ekstrem adalah berpikir bahwa kegagalan di satu bidang membuat Anda gagal dalam seluruh hidup. Misalnya, karena Anda kehilangan pekerjaan, Anda mungkin menyimpulkan bahwa Anda tidak berharga. Pada saat-saat seperti itu, teman-teman Anda juga membantu Anda menyadari bahwa hidup mencakup lebih dari sekadar pekerjaan atau bidang apa pun yang membuat Anda gagal. Ini memberi keberanian untuk bangkit kembali dan memulai hidup baru.

Hudson Taylor adalah pahlawan misionaris yang hebat pada abad lalu. Namun, setelah berada di Cina selama kurang dari dua tahun, ia sangat putus asa. Lembaga misionarisnya tidak menepati janji untuk mendukungnya. Para misionaris yang mapan di Cina mengkritik metode-metodenya yang tidak ortodoks. Pacarnya di Inggris menulis surat mengatakan bahwa ia takut ia tidak mencintai Hudson lagi. Konsul Inggris telah memerintahkannya untuk berhenti bekerja di salah satu kota yang menjadi fokusnya. Ia menulis kepada ibunya, "Hatiku sedih, sedih, sedih. Aku tidak tahu harus berbuat apa."

Pada masa ini, seorang misionaris Skotlandia yang saleh bernama William Burns, yang usianya sekitar dua puluh tahun lebih tua darinya, berteman dengan Hudson Taylor. Mereka bepergian, berkhotbah, dan berdoa bersama selama tujuh bulan. Burns adalah jawaban Tuhan atas keputusasaan Taylor.

Dibina oleh Burns, Taylor kemudian mendirikan China Inland Mission, yang pelayanannya selama bertahun-tahun menjadi salah satu kisah paling menarik dalam sejarah misionaris. Delapan puluh tiga tahun setelah kematian Taylor, lembaga ini masih beroperasi, meskipun dengan nama baru, Overseas Missionary Fellowship. Nilai-nilai mengenai betapa mendesaknya untuk menceritakan Kristus kepada yang terhilang, dan komitmennya untuk berpegang teguh pada prinsip-prinsip Alkitab terus menjadi ciri khas gerakan ini.

Banyak orang Kristen yang memulai proyek-proyek sulit, menyerah atau berkompromi dengan prinsip-prinsip mereka ketika mereka menghadapi keputusasaan tak terelakkan yang kadang datang di tengah-tengah proyek yang sedang diusahakan. Kita mendengar tentang para misionaris, yang setelah melayani beberapa tahun, pulang ke rumah (negara/daerah asal mereka) dengan sangat putus asa, karena kurangnya buah yang terlihat. Sebagian besar dari kita mungkin tahu tentang adanya orang-orang Kristen yang telah terjun ke bidang-bidang yang sering dihindari oleh orang-orang Kristen, seperti politik dan perdagangan, setelah beberapa waktu, telah berkompromi terhadap nilai-nilai Kristen mereka.

Namun, kita juga tahu ada sebagian orang Kristen yang berpegang teguh pada komitmen awal mereka tanpa kompromi. Ini karena sebagian besar dari mereka memiliki orang Kristen lain yang menjadi rekan akuntabilitas mereka dan yang mendorong mereka tetap menempuh jalan ketaatan.

Contoh klasiknya adalah William Wilberforce. Sebagai anggota parlemen Inggris, ia memimpin kampanye panjang untuk menghapuskan perdagangan budak di Inggris. Ia baru merasakan kegembiraan atas keberhasilannya setelah bertahun-tahun. Ia sering menderita migrain, yang mungkin disebabkan oleh ketegangan ‘pertempuran’ melawan perbudakan. Namun, selama ‘pertempuran’ itu ia memiliki sekelompok orang Kristen yang erat, sebagian besar anggota gerejanya di Clapham, yang menyemangatinya, mendoakannya, dan menghimpun dukungan doa dari seluruh Inggris untuknya.

Ada kebutuhan besar saat ini bagi orang Kristen untuk pergi ke profesi-profesi yang sulit, seperti menjangkau yang belum terjangkau, jurnalisme sekuler, hukum, politik, mengajar di sekolah menengah, perdagangan, kesejahteraan sosial, serta keuangan dan bisnis. Namun, mereka yang menekuni profesi tersebut menghadapi banyak kendala dan keputusasaan. Berbahaya untuk menekuni pekerjaan tersebut tanpa dukungan dari teman-teman Kristen. Itulah sebabnya saya tidak menganjurkan untuk mengirim pekerja sendirian untuk memulai pekerjaan Kristen di area yang sama sekali baru.

Di saat-saat kegagalan moral. Sahabat juga berharga di saat-saat kegagalan moral. Banyak orang Kristen berjuang dengan masalah moral yang mereka sendiri tidak tahu cara menyelesaikannya. Mereka enggan untuk menceritakannya kepada siapa pun. Mereka sering terjebak dalam perangkap kegagalan yang semakin parah seiring berjalannya waktu. Ini adalah masalah khusus bagi para pemimpin, karena mereka mungkin tidak dapat dengan bebas berbagi masalah dengan siapa pun.

Masalahnya mungkin tentang hawa nafsu, atau mungkin masalah dalam hubungan dengan pasangan. Mungkin saja pengabdian seseorang telah mengering, atau mereka begitu sibuk dengan pekerjaan atau pelayanan mereka, sehingga mereka tidak punya waktu untuk keluarga. Jika masalah-masalah ini tidak ditangani, maka masalah-masalah ini dapat menjebak orang Kristen dalam spiral kekalahan dan keputusasaan yang terus menurun. Mereka segera kehilangan keyakinan pada kemampuan mereka untuk menangani masalah tersebut. Orang lain mungkin hanya melihat mereka bekerja keras dalam pekerjaan mereka dan berpikir segalanya berjalan baik dalam hidup mereka. Namun, tiba-tiba terjadi kehancuran besar, seperti skandal moral atau perceraian, lalu orang-orang menjadi terkejut dan sedih.

Ketika seseorang yang sedang berjuang dengan masalah moral berbagi dengan seseorang yang mereka percaya, biasanya hal tersebut akan langsung berdampak. Mereka akan mengalami kelegaan yang luar biasa. Kelegaan itu sendiri dapat menjernihkan suasana dan menghilangkan beban berat yang mereka tanggung. Sekarang mereka dapat melihat masalah mereka dengan cara yang lebih konstruktif. Mereka mungkin menemukan bahwa hawa nafsu adalah sesuatu yang tidak kebal dari para pemimpin atau orang Kristen, kemudian mereka mempelajari cara-cara untuk mengatasi hawa nafsu. Akuntabilitas yang baru saja mereka tegaskan dengan teman-teman mungkin adalah sesuatu yang mereka butuhkan, seperti berhenti menonton tayangan yang tidak membangun. Fakta bahwa mereka harus melaporkan apa yang mereka tonton kepada teman-teman membantu mereka menahan godaan dari menonton tayangan yang seharusnya tidak mereka tonton.

Nasihat sederhana yang diberikan seorang teman kepada seorang Kristen yang sedang bermasalah mungkin sudah cukup untuk membantunya bangkit kembali dengan kemenangan dari masalah tersebut. Misalnya, ada seorang perempuan muda yang merasa bahwa ia mulai tertarik pada seorang pria beristri yang membantunya dalam beberapa hal. Perempuan muda ini membagikannya kepada seorang teman yang nasihatnya memberi keberanian si perempuan muda untuk mengambil langkah sulit dengan menolak bantuan dari pria beristri tersebut. Begitu langkah itu diambil, ia dengan cepat kembali ke keadaan vitalitas rohaninya yang semula.

Apa yang telah dikatakan di atas menggarisbawahi pentingnya nasihat Paulus dalam Galatia 6:1-2: “Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan. Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.”


(Diterjemahkan dari buku Reclaiming friendship: relating to each other in a frenzied world, halaman 132-136, Ajith Fernando, 1993, Herald Press)

people holding shoulders sitting on wall
people holding shoulders sitting on wall