Panggilan Hidup Kudus di Tengah Kecemaran Dunia

Edisi Feb - Mar'23

ARTIKEL

Yemima Nathanya Haryanto

3/31/20233 min read

Beberapa waktu lalu, tengah viral sebuah video TikTok yang berisi cuplikan seorang penyanyi terkenal yang membawakan lagunya di acara Grammy Awards 2023. Lagu yang berjudul “Unholy” itu dibawakan dengan konsep bernuansa gelap, penyanyi dan para penari latar menggunakan kostum merah padam seolah ingin memberi kesan suasana diselimuti api neraka. Penggambaran lirik lagu yang menceritakan tentang prostitusi dan perselingkuhan ini didukung oleh sebuah properti jeruji besi bak penjara yang mengurung seorang wanita dan dikelilingi oleh orang-orang yang ingin meraihnya. Tidak aneh jika penampilan ini dijuluki “Satanic Performance” yang sangat mengerikan. Di dalam kebutaan generasi ini, konten-konten sarat penyesatan seperti inilah yang menjadi konsumsi kesukaan kebanyakan orang zaman ini.

Itulah nilai-nilai dunia dengan segala kecemaran dan penyimpangan moral akibat dosa. Natur manusia berdosa memang lebih se-frekuensi dengan standar dunia. Oleh karena itu, kita perlu sadar dan terus berjaga-jaga terhadap pesan yang dunia sampaikan melalui lagu, film, buku, media sosial, bahkan berbagai cara yang seringkali tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Pesan rasul Paulus kepada jemaat di Roma begitu jelas, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Rom. 12:2). Salah satu kehendak Allah yang tidak pernah berubah sejak zaman Perjanjian Lama adalah, “Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus” (Im. 19:2 bdk. 1 Pet. 1:16). Manusia diciptakan kudus oleh Allah, dan kecemaran bukanlah desain awal Allah bagi manusia. Dosa telah membuat gambar dan rupa Allah dalam diri manusia menjadi rusak total.

Kerusakan itu nampak nyata bahkan dalam hidup orang Kristen, termasuk jemaat Korintus. Jemaat Korintus bukanlah jemaat yang ideal. Gaya hidup mereka banyak mengecewakan Paulus karena banyak dosa yang mereka lakukan, diantaranya: perselisihan, perpecahan, perzinahan, kesombongan, menuntut, menghakimi, penyembahan berhala, dsb. Semua masalah ini timbul karena jemaat berasimilasi dengan gaya hidup orang-orang Korintus yang tidak mengenal Allah. Perzinahan yang dilakukan oleh beberapa jemaat berkaitan dengan praktik perzinahan yang dianggap sakral oleh para pelacur bakti/semburit bakti di kuil penyembahan Venus. Pencarian berbagai karunia juga terjadi bukan karena kerinduan untuk memuliakan Allah, tetapi didorong oleh gairah menyombongkan diri di antara jemaat.

Nyatanya, umat Allah pun rentan akan kecemaran dan penyimpangan. Rasul Paulus dengan keras menyatakan: “Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah, dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah” (1 Kor. 6:9b-10). Kebenarannya, kecemaran tidak mendapat bagian di dalam kekudusan. Jika demikian, konsekuensi dari ketidak kudusan manusia berdosa adalah tidak mendapat kerajaan Allah, tidak dapat hidup bersama-sama dengan Allah Yang Mahakudus. Manusia tidak dapat memiliki relasi yang paling dibutuhkannya, yaitu relasi dengan Sang Pencipta. Diselamatkan dari konsekuensi dosa (maut) dan dibawa kembali pada rancangan Allah semula (hidup kudus) adalah kebutuhan manusia yang paling esensi.

Syukur kepada Allah yang tidak pernah menyerah untuk menyelamatkan manusia dari kutuk dosa yang menyengsarakan. Syukur kepada Allah yang menganugerahkan Anak-Nya, Yesus Kristus, untuk menebus manusia dari kematian, memberikan hidup yang baru dan memulihkan relasi manusia dengan Allah. Syukur kepada Allah yang menganugerahkan Roh Kudus, yang menginsafkan hati manusia, memimpin manusia kepada kebenaran dan memampukan manusia untuk hidup kudus. Percaya dan menerima Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat adalah titik balik hidup manusia yang cemar menjadi mengarah pada kekudusan.

“Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia. … Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1 Kor. 6:17, 19-20). Panggilan untuk hidup kudus dinyatakan rasul Paulus kepada jemaat di Korintus dan juga kepada kita, umat Tuhan yang hidup di zaman yang semakin jahat ini. Kesadaran bahwa tubuh kita adalah milik Allah Sang Mahakudus kiranya menolong kita untuk menggunakan seluruh aspek kehidupan dalam kebenaran. Mari seleksi segala sesuatu yang diserap oleh indera kita karena itu akan mempengaruhi bagaimana kita hidup. Biarlah kebenaran firman Tuhan terus memurnikan pemikiran, sikap hati, tutur kata, dan tindakan kita, para murid yang terus berjuang mengikut Kristus di tengah arus dunia ini. Amin.

Yemima Nathanya Haryanto