IFES World Assembly 2023: Undangan untuk Tabah dan Tangguh

BERITA

Edvin William Handoko

9/30/20232 min read

“Tabah dan Tangguh is an invitation to travel into the safe arms of a God who never lets go.” - Annette Arulrajah, IFES Associate General Secretary.

Kalimat ini membuka rangkaian IFES World Assembly 2023. Acara ini menjadi tempat bagi seluruh movement di bawah naungan IFES untuk berkumpul dari berbagai penjuru dunia, berbagi kisah pelayanan di ladang masing-masing dan saling mendoakan satu dengan yang lain. Indonesia, sebagai tuan rumah dari World Assembly tahun ini, mengangkat tema yang sangat mewakili perjalanan pelayanan di berbagai tempat sejak acara ini terakhir diadakan 4 tahun yang lalu: Tabah dan Tangguh. Saya berkesempatan hadir dan terlibat langsung dalam sesi, diskusi, dan refleksi yang terjadi selama 9 hari 8 malam di Jakarta. Saya rasa, acara ini tidak hanya menjadi acara “bisnis” untuk IFES, tapi acara ini menegaskan kembali bagaimana Allah memelihara pelayanan ini dan bekerja secara nyata di tengah krisis yang terjadi beberapa waktu ini.

Setiap harinya, acara dimulai dan diakhiri dengan sesi pleno. Sesi pagi merupakan sesi Eksposisi dari Kitab Mazmur yang mengundang setiap peserta untuk mengalami perjalanan autentik bersama Tuhan lewat pujian maupun ratapan yang jujur di hadapan-Nya. Sesi malam berisi topik-topik kontekstual yang didiskusikan lewat lensa Injil untuk menantang setiap peserta terlibat nyata dalam isu-isu kontemporer, mengejawantahkan peran siswa, mahasiswa, maupun alumni sebagai garam dan terang dunia. Di antara sesi pagi dan malam, peserta dapat mengikut berbagai workshop yang memperkaya “amunisi” di ladang pelayanan. Peserta juga dapat melihat pameran pelayanan yang diadakan oleh berbagai movement dan bercengkerama untuk mengetahui seperti apa kondisi pelayanan masing-masing. Selain itu, panitia juga menjual berbagai buku yang topik-topiknya relevan dengan setiap sesi.

Selain rangkaian acara yang menyegarkan, saya sangat terberkati dengan kehadiran Contemplative Art Room. Di ruangan ini, peserta dapat mengambil waktu alone with God lewat ekspresi seni yang disediakan, seperti doodling, mendengarkan musik, bermain malam, dll. Saya beberapa kali mengambil waktu untuk mengunjungi ruangan tersebut untuk sejenak berdiam, menikmati Tuhan dalam kesunyian dan keindahan. Hal ini dapat menjadi kebiasaan yang baik untuk dibawa dalam keseharian di dunia yang serba cepat untuk mengkalibrasi ulang hidup.

Salah satu bagian yang menarik dari rangkaian World Assembly adalah General Committee meeting. Sesi ini diadakan untuk berdiskusi terkait isu-isu strategis yang diangkat pada World Assembly 2019. Pada sesi ini, saya mendapati beragamnya kondisi pelayanan dan sudut pandang menyikapi hal tersebut. Namun, saya dapat menyaksikan bagaimana di dalam segala perbedaan tersebut, Injil mempersatukan. Segala perbedaan menjadi ajang untuk saling mendengar dan mendoakan, setiap persamaan menjadi titik temu dalam saling mendukung dan menopang.

“We are stewards of an amazing legacy.” - Tim Adams, IFES General Secretary

Saya rasa kalimat singkat yang disampaikan pada perayaan ulang tahun IFES ke-75 tahun ini memiliki makna yang mendalam sekaligus mewakili semangat setiap yang hadir di World Assembly. Di tengah zaman yang tidak menentu, World Assembly menjadi pengingat bagaimana Tuhan mengasihi dan memelihara pelayanan ini dari generasi ke generasi di seluruh dunia. Kiranya, kita yang terlibat di dalamnya tetap menjadi penatalayan yang setia, mengerjakan apa yang dipercayakan Tuhan di dalam anugerah-Nya saja. Soli Deo Gloria! Sampai berjumpa di World Assembly 2027!